cover
Contact Name
Reinardus Liborius Cabuy
Contact Email
reinnardcabuy@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
kehutanan.papuasia@unipa.ac.id
Editorial Address
Faculty of Forestry, Papua University. Jalan Gunung Salju Amban, Manokwari, Papua Barat 98314
Location
Kab. manokwari,
Papua barat
INDONESIA
Jurnal Kehutanan Papuasia (Journal of Papuasia Forestry)
Published by Universitas Papua
ISSN : 25416901     EISSN : 27226212     DOI : https://doi.org/10.46703/jkp.unipa
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Kehutanan Papuasia adalah peer reviewed jurnal tentang ilmu silvikultur, ekologi hutan, konservasi dan biodiversitas sumber daya hutan, teknologi hasil hutan, dan manajemen hutan. jurnal Kehutanan Papuasia (JKP) diterbitkan secara berkala oleh Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia dan Fakultas Kehutanan Univesitas Papua. satu volume dicetak dalam satu tahun dan dibagi dalam dua nomor yaitu edisi Januari-Juni dan Juli- Desember.
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia" : 14 Documents clear
Jenis Kelapa Hutan (Pandanus spp.) pada Tipologi Kebun Pekarangan Masyarakat Suku Lanny Terenius Kiwo; Soetjipto Moeljono; Antoni Ungirwalu; Agustinus Murdjoko
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.423

Abstract

Famili Pandanaceae seluruhnya diperkirakan sekitar 600 jenis yang menyebar di daerah tropis pada habitat mulai dari tepi-tepi pantai, daerah dataran tinggi sampai ke pegunungan. Suku Dani dan Suku Lanny mengenal dan memanfaatanakn jenis pandan kelapa hutan dengan nama lokal “Tuke” dan “Woromo”. Untuk itu dilakukan survei dan pengamatan di lapangan terkait potensi dan sebarannya pada jenis kelapa hutan (Pandanus spp.) pada Distrik Malagai Neri dan Distrik Melagi Kabupaten Lanny Jaya. Hasil penelitian menjumpai tiga jenis kelapa hutan pada habitat tipologi kebun pekarangan yang dimanfaatakan suku Lanny yaitu Gawin (Pandanus julianettii Martelli), Owandak (Pandanus iwen B.C.Stone) dan Woromo (Pandanus brosimos Merr. & L.M.Perry). Ketiga jenis ini dikelompokan dalam dua klasifikasi penamaan lokal suku Lanny yaitu berdasarkan morfologi buah yaitu “Omawi” atau keras dan jenis buah yang “Lebenak-ndeak” atau lunak.  Pandanus julianettii Martelli ditemukan tersebar merata pada tipologi habitat kebun pekarangan Suku Lanny jika dibandingkan dengan kedua jenis lainnya. Tingkat kerapannnya jenis kelapa hutan pada habitat kebun pekaranangan mencapai 78% dan diikuti jenis Araucaria sp., Casuarina oligodon L.A.S.Johnson. (5%) dan Araucaria sp. (3%) dengan membentuk dua kelompok pola penyebaran utama.
Tata Kelola Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Malaka 01 Hutan Kemasyarakatan di Desa Cenrana Baru Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros Musdalifah; Yusran; Adrayanti Sabar
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.424

Abstract

Keberadaan Kelompok Tani Hutan dinilai sangat penting, karena dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan pada pengelolaan hutan kemasyarakatan yang berfungsi untuk mengontrol dan mengawasi pengelolaan hutan agar tetap lestari. Salah satunya KTH Malaka 01 yang telah mendapatkan persetujuan usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tata kelola kelembagaan dan menganalisis faktor pendorong dan faktor penghambat pengelolaan HKm. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2022 di kawasan hutan kemasyarakatan desa cenrana baru. Pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data diperoleh diidentifikasi melalui tabel kriteria dan indikator penilaian kemampuan tata kelola, kemudian dianalisis melalui metode Force Field Analysis (FFA) dan Analysis Hierarki Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tata kelola kelembagaan KTH Malaka 01 dikategorikan tidak baik atau dikatakan masih belum optimal dilakukan, hal ini dilihat berdasarkan tiga aspek, yaitu kelola kelembagaan, kawasan, dan usaha. Faktor pendorong pengelolaan HKm terdiri atas persetujuan IUPHKm, struktur kepengurusan kelompok, pengetahuan pendamping, potensi jasa lingkungan, sarana prasarana yang mendukung, dan keinginan untuk bermitra. Faktor penghambat terdiri atas pertemuan KTH tidak rutin, pendamping tidak aktif, partisipasi pengurus dan anggota dalam kegiatan belum optimal, tanaman agroforestri belum dikembangkan, dan tidak ada sosialisasi dari pemerintah dalam membuat unit usaha.
Persepsi Masyarakat Suku Sebyar Terhadap Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Distrik Taroi Kabupaten Teluk Bintuni Obed N Lense; Soetjipto Moelyono; Benyamin Yodokus Inanosa
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.425

Abstract

Penduduk Distrik Taroi saat telah merasakan manfaat dari rehabilitasi hutan pesisir pantai Taroi yang telah direhabilitasi sejak tahun 2005 yang didukung oleh Pemerintah Daerah maupun Pihak Swata. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat memiliki komitmen memelihara dan menjaga lingkungan sebagai sistem penyangga kehidupannya. Kawasan hutan mangrove seperti ini perlu dijaga dan akan menjadi tempat untuk belajar menilai hubungan yang harmonis antara kawasan hutan dengan masyarakat karena hubungan yang baik tercermin lewat hutan yang lestari. Sehingga kajian mengenai persepsi masyarakat adat suku sebyar di Distrik Taroi dalam upaya perlindungan ekosistem mangrove yang direstorasi perlu diketahui. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat dalam pelestarian ekosistem hutan Mangrove yang ada di wilayah pesisir Distrik Taroi, Kabupaten Teluk Bintuni. Hasil Penelitian menunjukan bahwa persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi hutan di pesisir pantai taroi memiliki indeks persepsi masyarakat (IPm) sebesar 0,86 yang berada pada rentan positif.
Uji Keefektifan Inokulum Arbuscular Mycorrhiza (AM) Fungi pada Pertumbuhan Tiga Jenis Tanaman Di Tailing ModADA Timika Irnanda Aiko Fifi Djuuna; Rima H Siburian
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.427

Abstract

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) berasosiasi dengan sebagian besar tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas inokulum FMA terhadap pertumbuhan 2 jenis tanaman kehutanan (Samanea saman dan Calliandra surinamensis) dan 1 jenis tanaman pertanian (Zea mays) di tanah tailing. Percobaan pot dengan Rancangan Acak Lengkap dilakukan di screen house Mile Point 21 PT Freeport Indonesia di Timika.  Tailing digunakan sebagai media pertumbuhan dengan lima perlakuan inokulum yaitu Inokulum 1 (dari ModADA bawah), Inokulum 2 (dari ModADA tengah), Inokulum 3 (dari ModADA atas), Inokulum 4 (dari MP 21), dan Inokulum 5 (Mycofer) dengan 3 ulangan.  Tinggi tanaman dan diameter batang, dan jumlah daun diamati pada 28, 56 dan 84 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum FMA memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang  Samanea saman dan Calliandra surinamensis dibandingkan dengan tanpa pemberian inokulum, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman jagung. Kemampuan inokulum FMA pada tanah tailing menunjukkan bahwa sumber inokulum ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber pupuk biologi dalam program reklamasi lahan tailing.
Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kabupaten Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat Petrus A Dimara; Amilda Auri
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.428

Abstract

Alih fungsi lahan merupakan dampak dari kurangnya ketersediaan sumberdaya alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penutupan lahan tahun 2012 sampai 2022 di Kabupaten Manokwari Selatan. Metode yang digunakan adalah  metode penginderaan jauh dan SIG melalui pengolahan citra digital (citra Landsat 8 TM tahun 2012 dan tahun 2022) yang dipadukan dengan survei lapangan dan analisis statistik. Hasil interpretasi citra satelit landsat 8 tahun 2022 dan pengamatan lapangan Kabupaten Manokwari Selatan terdapat 16 jenis penutupan lahan. Penutupan lahan terbesar yaitu hutan lahan kering primer seluas 133.168 ha. Penutupan terkecil terdapat pada penutupan lahan pelabuhan sebesar 6,55 ha dan belukar rawa sebesar 203,45 ha. Pada tahun 2022 Kabupaten Manokwari Selatan  memiliki tutupan lahan berhutan sebesar 203.970,21 ha dan tutupan lahan non hutan sebesar 101.922,90 ha. Selama periode 2012 – 2022, Kabupaten Manokwari Selatan kehilangan areal berhutan sebesar 71.328,53 ha dengan rata-rata laju penyusutan hutan mencapai lebih dari 7.132,85 ha setiap tahunnya. Penutupan lahan hutan lahan kering primer telah mengalami pengurangan luas 8.023,74 ha/tahun. Hutan lahan kering primer mengalami konversi atau perubahan menjadi lima jenis penggunaan lahan, yaitu semak/belukar, savana, hutan lahan kering sekunder, perkebunan dan sawah. Hutan mengrove primer juga telah mengalami perubahan menjadi hutan lahan kering sekunder dan semak belukar. Laju penambahan luas terbesar terjadi di penutupan lahan savana/padang rumput sebesar 7.081,47 ha/tahun dan diikuti oleh laju penambahan luas hutan lahan kering sekunder sebesar 897,10 ha/tahun dan pemukiman 27,95 ha/tahun.
Identifikasi Jenis Tumbuhan Pewarna Alami Kain Tenun Ikat Di Sekitar Kawasan Hutan Produksi (HP) Bifemnasi Sonmahole, Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka Barbara Yunita Leki; Wilhelmina Seran; Norman Riwu Kaho
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.429

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan tumbuhan pewarna alami tenun ikat terhadap dukungan kelestarian ekosistem di sekitar kawasan hutan produksi (HP) Bifemnasi Sonmahole Kecamatan Botin Leobele. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling. Berdasarkan hasil hasil penelitian di sekitar kawasan HP Bifemnasi Sonmahole, terdapat 3 jenis tumbuhan yang biasanya dimanfaatkan sebagai pewarna alami kain tenun ikat yaitu Mengkudu (Morinda citrifolia L), Kemiri (Aleuritas moluccana L), dan Tarum (Indigofera spicata). Sedangkan tumbuhan Loba (Symplocos sp.) tidak ditemukan di sekitar Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) Bifemnasi Sonmahole sehingga masyarakat membelinya dari pasar. Pengolahan tumbuhan pewarna alami untuk menghasilkan warna hitam yaitu memanfaatkan daun Tarum yang dicampur dengan bubuk kapur dan abu tungku dapur, dan warna merah dimanfaatkan dari percampuran akar mengkudu dan kulit Loba yang sebelumnya diramu dengan menggunakan campuran daging buah kemiri.
Suatu Tinjauan Kecocokan Kayu Jati (Tectona grandis Linn F) Cepat Tumbuh untuk Bahan Baku Furnitur Siska Anggiriani; Nurhanifah; Jajang Sutiawan
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.430

Abstract

Jati merupakan jenis kayu yang paling populer, memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan banyak digunakan bahan baku furnitur. Jati yang banyak digunakan adalah jati rotasi panjang atau jati konvensional. Hal ini menyebabkan persediaannya menurun dan dikembangkan jati cepat tumbuh untuk memenuhi permintaannya. Informasi ilmiah terkait karakteristik kayu jati cepat tumbuh dan kecocokannya sebagai bahan baku wooden furniture belum tersedia. Oleh karena itu, tulisan ini meninjau kesesuaian jati cepat tumbuh sebagai bahan baku furnitur berdasarkan sifat fisis, mekanis, dan keawetannya. Jati cepat tumbuh dapat digunakan sebagai bahan baku furnitur karena memenuhi kriteria utama kayu sebagai bahan baku furnitur pada SNI 7555.16, 17, dan 18, SNI 7555.1, 2, dan 3. Beberapa jenis jati cepat tumbuh perlu perlakuan pengawetan atau peningkatan mutu serta rotasi tebang yang lebih panjang untuk meningkatkan kualitasnya. Jati cepat tumbuh potensial digunakan sebagai bahan baku furnitur karena telah memiliki sifat fisis, mekanis, dan keawetan yang baik dengan waktu pemanenan yang lebih pendek.
Penilaian Sifat Tanah Gambut di Kabupaten Teluk Bintuni sebagai Upaya Mendukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan Evelin Anggelina Tanur; Mutakim
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.431

Abstract

Pemanfaatan lahan gambut perlu disesuaikan dengan prinsip perimbangan fungsi pemanfaatan dan konservasi. Maka dari itu pemanfaatan lahan gambut perlu ditata yang terencana agar fungsi pemanfaatanya dapat lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat tanah gambut khususnya sifat fisika dan kimia tanah gambut pada Kabupaten Teluk Bintuni untuk upaya mendukung rehabilitasi hutan dan lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive random sampling yang mana dilakukan pada dua lokasi pada Kampung Tofoi yaitu hutan mangrove dan perkebunan kelapa sawit. Hasil yang diperoleh pada sifat fisik tanah gambut yaitu Ketebalan gambut pada hutan mangrove dan PKS relatif sama, yaitu berkisar di 2-7 cm (sangat dangkal). Kedalaman muka air tanah pada hutan mangrove dan PKS berkisar antara 0-7 cm (dangkal). Warna tanah pada hutan mangrove yaitu cokelat keabu-abuan (2,5Y5/2) dan abu-abu (2,5Y6/1), sementara pada PKS yaitu berwarna abu-abu kemerahan (2,5YR7/1). Kematangan gambut pada hutan mangrove di semua titik pengambilan sampel adalah fibrik, sementara pada lokasi PKS adalah fibrik dan hemik. Hasil analisis sifat kimia tanah gambut yaitu pada lokasi hutan mangrove memiliki rerata pH adalah 5,7 (masam), karbon organik 4,0 (tinggi), nitrogen 0,24 (tinggi), C/N rasio 16 (sangat tinggi), dan Phospor 542 (sangat tinggi). Sementara itu pada tutupan Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) memiliki rerata pH 6,3 (masam lemah), karbon organik 0,60 (sangat rendah), nitrogen 0,07 (sangat rendah), C/N rasio 9 (rendah), dan phospor 11 (sangat rendah).
Pertumbuhan Kayu Merah (Petrocarpus indicus Willd.) pada Berbagai Jenis Media Tanam Paulus Guardini Wensi Tator; Ni Kade Ayu Dewi Aryani; Yakub Benu; Aah Ahmad Almulqu
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.432

Abstract

Kayu merah (Pterocarpus indicus Willd.) merupakan jenis kayu dari suku Fabaceae atau legume yang sangat potensial dan banyak tersebar di wilayah Indonesia timur. Terdapat beberapa faktor internal mengenai jenis ini yang banyak belum diketahui dengan baik mengenai media tanamnya dan bagaimana perbandingan terbaik untuk pertumbuhan semai kayu merah. Pada kajian ini, digunakan metode completely randomized design (CRD) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 6 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 20 semai kayu merah dalam polybag, sehingga secara total terdiri atas 600 semai kayu merah. Media tanam yang digunakan terdiri atas tanah (P1), campuran pasir dan tanah (P2), campuran tanah, pasir dan sekam (P3), campuran tanah, pasir dan bokashi (P4) dan campuran tanah, pasir dan kotoran kambing (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media tanam yang digunakan tidak berpengaruh terhadap pertambahan diameter semai kayu merah dan media tanam terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini dalam meningkatkan pertambahan diameter semai kayu merah adalah campuran tanah, pasir dan bokashi dengan komposisi 3:2:1.
POTENTIAL ANALYSIS AND PHYSICAL SUPPORTING CAPACITY of HATUSUA BEACH TOURISM AREA, KAIRATU DISTRICT, WEST SERAM DISTRICT Billy Seipalla; Lesty Latupapua
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.327

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi biofisik dan mengetahui kapasitas daya dukung fisik pada kawasan objek wisata Hatusua Beach. Metode survei dengan melakukan observasi langsung ke kawasan wisata Hatusua Beach digunakan dlaam penelitian ini. Data analisis menggunakan analisis potensi flora dan fauna, yaitu penilaian potensi biofisik yang meliputi flora dan fauna pada kawasan wisata dengan memakai beberapa kriteria yaitu kriteria baik, sedang, agak buruk, dan buruk serta menganalisis daya dukung fisik kawasan wisata Hatusua Beach untuk mengetahui jumlah maksimal wisatawan secara fisik. Terdapat komponen utama yang menjadi penilaian yaitu potensi flora dan fauna, fasilitas serta daya dukung kawasan wisata Hatusua Beach. Hasil penelitian menunjukkan potensi flora dan fauna pada pada kawasan Hatusua Beach dikategorikan ‘sedang’ dan kapasitas daya dukung kawasan wisata untuk kunjungan wisatawan diasumsikan berjumlah 1.233 orang/hari, sedangkan untuk peak season kawasan wisata Hatusua Beach diasumsikan bisa menampung wisatawan sebanyak 1.850 orang/hari. Hal ini menunjukkan kawasan wisata Hatusua Beach sebagai salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi.

Page 1 of 2 | Total Record : 14